Sunday, September 2, 2018

Babad cirebon

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Babad adalah cerita rekaan yang berdasarkan peristiwa sejarah Istilah ini juga dipakai dalam makna yang sama dalam kesusteraan berbahasa Sunda, Jawa, Bali, Lombok, dan Madura. Babad merupakan salah satu genre diantara sekian banyak karya sastra di Nusantara yang mengisahkan cerita sejarah. Kata babad memiliki arti menebas dan merambah hutan, semak, dan belukar. Itulah sebabnya, babad berkaitan dengan pembukaan lahan pertanian dan pemukiman, apabila daerah itu kemudian berkembang menjadi pusat pemukiman  yang lebih luas dengan segala sarana dan prasarana, terbentuk suatu garis silsilah dari penguasa lahan itu turun-temurun.
Cirebon sebagai salah satu pusat penyebaran Islam di Jawa Barat, dan, menyimpan banyak bukti-bukti sejarah, seperti masjid, keraton, makam, dan pesantren tua, juga non fisik . salah satu sumber penting lainnya dari sejarah Cirebon adalah sumber tertulis yang berupa Naskah Klasik ataupun Manuskrip, yang jumlahnya sangat berlimpah, dari sumber-sumber tersebut dapat diketahui peran dan fungsi Cirebon di masa lalu. Sumber sejarah Cirebon berasal dari naskah sangat banyak jumlahnya.  Naskah-naskah ditulis dalam berbagai penyajian, seperti prosa, pupuh (macapat dan Tembang), skema dan gambar-gambar. Tulisan yang digunakan juga bermacam-macam bentuknya, antara lain tulisan Arab, Jawa, Pegon, Jawi, dan Latin. Berdasarkan isinya Naskah-naskah tersebut  dapat diklasifikasi dalam beberapa bentuk kategori yaitu : sejarah, silsilah, wayang, sastra, ajaran dongeng, legenda, jimat, adat istiadat, dan lain-lain.
Karya-karya sejarah yang ditulis oleh para pujangga dari lingkungan keraton inilah yang disebut historiografi tradiosional. Contoh karya sejarah yang berbentuk historiografi tradisisonal yang ditulis oleh para pujangga keraton yaitu Babad Tanah Pasundan, Carita parahyangan, Babad Tanah Jawa, Paraton, Negarakertagama, Babad Galuh, babad Sriwijaya dan lain-lain. Babad Cirebon menjadi bukti dari ciri Hiostoriografi Tradisional. Karena mengandung unsur-unsur sejarah dalam bentuk perosa/tembang. Untuk itu penulis akan membahas makalah mengenai “Naskah Babad Cirebon”.

Rumusan Masalah
Apa Definisi Babad ?
Apa definisi Babad Cirebon ?
Bagaimana karakteristik Babad Cirebon ?
Bagaimana sejarah Penulisan dan perkembangan Babad Cirebon ?

Tujuan Penulisan
Dapat mengetahui definisi dari Babad
Dapat Mengetahui definisi tentang Babad Cirebon
Dapat Mengetahui karakteristik dari Babad Cirebon
Dapat mengetahui bagaimana sejarah  Penulisan dan perkembangan Babad Cirebon


BAB II
PEMBAHASAN
Definisi  Babad
Babad adalah cerita rekaan yang berdasarkan peristiwa sejarah Istilah ini juga dipakai dalam makna yang sama dalam kesusteraan berbahasa Sunda, Jawa, Bali, Lombok, dan Madura. Babad merupakan salah satu genre diantara sekian banyak karya sastra di Nusantara yang mengisahkan cerita sejarah. Kata babad memiliki arti menebas dan merambah hutan, semak, dan belukar. Itulah sebabnya, babad berkaitan dengan pembukaan lahan pertanian dan pemukiman, apabila daerah itu kemudian berkembang menjadi pusat pemukiman  yang lebih luas dengan segala sarana dan prasarana, terbentuk suatu garis silsilah dari penguasa lahan itu turun-temurun.
Pengertian Babad menurut Darusuprapta (1976), Babad adalah satu jenis karya sastra sejarah berbahasa Jawa baru yang penamaannya beraneka ragam, antara lain berdasarkan nama sendiri, nama geografis, nama peristiwa atau nama yang lainnya.
Babad ekuivalen dengan kronik yang panjang dan terperinci ditulis dalam sajak yang sangat panjang dan terperinci yang ditemukan dalam bahasa Jawa dan tidak ditemukan dalam bahasa Jawa Kuno. Babad banyak menceritakan sejarah kerajaan, pahlawan, atau tertentu.
Walaupun dalam persektif modern merupakan karya sastra, babad memiliki kedudukan penting dalam penulisan sejarah karena memuat peristiwa-peristiwa. Sekalipun demikian, unsure-unsur yang tidak terkandung dalam fakta sejarah harus diteliti terlebih dahulu.  Hal ini disebabkan babad memiliki sifat penulisan istana sentries, masih terdapat mitos, dan adanya cerita yang fiktif dan faktual.
Beberapa pakar sastra sejarah dan sejarah memberikan definisi babad secara berbeda. Hinzler menyatakan, babad berarti garis hubungan atau jaringan yang mengikat suatu kerabat dan keturunnya dengan latar belakang sejarah. Taufik Abdullah menyebut babad sebagai sejarah lokal yang mengandung pengertian kisah kelampauan dari suatu masyarakat di wilayah geografi bertaraf lokal. Sasarannya adalah asal-usul, pertumbuhan, dan perkembangan kelompok masyarakat setempat. Judul babad ada yang berdasarkan nama tokoh cerita, nama tempat daerah, dan nama peristiwa. Babad Ajisaka, Babad surapati, babad Trunajaya, Babad Sindula, Babad Gajah Mada, Babadipun Sultan sepuh, dan Babad Kanjeng ratu Kencana adalah judul babad yang berdasarkan nama tokoh cerita.

Definisi Babad Tanah Cirebon
Babad Cirebon adalah Sebuah kitab karangan pujangga pada zaman dahulu yang mengisahkan tentang silsilah raja-raja dan berbagai peristiwa penting disekitarnya. Dan faktanya, memang sejarah Cirebon lengkap dengan silsislah raja-raja beserta peristiwa-peristiwa penting disekitarnya terkisah dengan lengkap dalam sebuah buku berjudul Babad Cirebon yang ditulis oleh Tim Wangsakerta atas. Kitab babad ini merupakan karya sastra sejarah yang berbentuk prosa.
Teks Babad Cirebon ini menceritakan tentang asal usul Pangeran, pendiri Cirebon, petualangan Pangeran sebelum menjadi Raja dan raja-raja pengganti Pangeran. Dalam Buku Babad Tanah Cirebon semua tidak lepas dengan hal-hal yang terjadi di Cirebon. Namun yang menjadi masalah bagi kebanyakan pembaca yaitu masalah bahasa yang digunakan dalam cerita Babad Cirebon sulit dipahami karena bahasa yang masih asing di dengar seperti; puput, kalam, campuh, mbaleo, sinewaka, prasapa dan lainnya sehingga harus bekerja keras untuk menafsirkannya. Tetapi pada masa kini sudah banyak Translitrasi kedalam bahasa Indonesia sehingga lebih mudah untuk membacanya.

Karakteristik Babad Cirebon
Segi sifat
Lokal (kedaerahan)
Maksudnya adalah sifatnya membahas mengenai daerah tersebut saja (Cirebon). Contohnya, disebutkan dalam babad cirebon ketika Pangeran Cakrabuana membabad alang-alang untuk membuat padukuhan di Cirebon yang sekarang kita kenal dengan Lemahwungkuk.

Religio magis
Maksudnya adalah menggabungkan unsur agama dengan unsur gaib yang kadang bersifat tidak rasional. Diceritakan dalam sebuah babad, bahwa Sunan Gunung Djati bertapa atau dalam hal ini dzikir di wilayah atau daerah yang sekarang dikenal dengan Gunung Djati. Pada suatu ketika ada seorang gadis yaitu putri bungsu dari Ki Gedeng Djati. Ketika itu, putri bungsu Ki Gedeng Djati melihat Sunan Gunung Djati sedang bertapa di daerah Gunung Djati. Lalu ketika putri bungsu itu pulang kerumah, badannya panas seperti orang jatuh cinta. Lalu Ki Gedeng Djati melihat gelagat sang putri segera mencarikan bambu muda sebagai obat untuk putrinya. Setelah memakan bambu muda sang putri tiba-tiba merasakan sesuatu yang ada didalam perutnya lama kelamaan makin membesar dan diyakini bahwa putrinya hamil dari Sunan Gunung Djati. Setelah anak itu lahir, diberi nama Pangeran Trusmi dan konon katanya kelak keturunan dari Pangeran Trusmi akan menjadi seorang kyai.
Istana sentris
Menceritakan kehidupan kerajaan  dan para sultan. Didalam babad menceritakan bahwa Mbah Kuwu Cirebon setelah membangun Witana lalu membangun kraton sebagai bukti kekuasaan Cirebon yang kita kenal sebagai Kraton Pakungwati dinisbatkan kepada nama anaknya yaitu Nyi Dewi Pakungwati yang saat ini dikenal sebagai Kraton Kasepuhan.
Geneologis (silsilah)
Maksudnya adalah dalam babad Cirebon banyak menceritakan silsilah penguasa Cirebon. Contohnya, Prabu Siliwangi merupakan suami dari Subang Larang yang memiliki 3 orang anak yaitu Raden Walang Sungsang (Mbah Kuwu), Rara Santang, dan Prabu Sengarak (Kian Santang). Yang kelak nanti Raden Walang Sungsang membuat padukuhan Cirebon yang diteruskan oleh anak dari Rara Santang menjadi kesultanan Cirebon.
Legitimasi kekuasaan
Maksudnya adalah segala peristiwa yang terjadi dan dicatat atas permintaan sang raja yang bertujuan untuk mengesahkan dari raja tersebut (legitimasi kekuasaan).

Segi Tulisan
Dari sisi tulisan naskah Babad Cirebon  berbeda dengan Babad Tanah Jawa. Babad Cirebon terdiri dari dua jenis tulisan (aksara), yang pertama adalah





Aksara Carakan
Babad Cirebon jenis Caraka ini berjudul Babad Cirebon disimpan di museum Sri Baduga Bandung.

Gambar naskah Babad Cirebon naskah Sindang edisi akhir.
(Muhammad Mukhtar Zaidin dan Drh. H. R. Bambang Irianto, Pusat Konservasi dan Pemanfaatan Naskah Klasik Cirebon.











Aksara Pegon

Sejarah Penulisan dan Perkembanngan Babad Cirebon
Sejarah Penulisan
Pangeran Wangsakerta sebagai penulisan Sejarah Cirebon dan Nusantara,walaupun sebagian sejarah meragukan keaslian karya-karyanya namun banyak sumber Babad Cirebon yang tulis berdasarkan hasil karyanya. Peran beliau dalam sejarah cirebon cukup menentukan, ketika berperan sebagai pelaksana pemerintahan kerajaan Cirebon pada saat terjadi kekosonngan kekuasaan akibat Pangeran Girilaya dan kedua putranya ditahan oleh Sultan Amangkurat di Mataram. Selama masa kekosongan tersebut beliau harus menghadapi berbagai rongrongan, terutama dari pihak Mataram yang sudah banyak bermukin disekitar Indramayu. Tidak heran apabila beliau sering merminta bantuan dari Kesultanna Banten karya beliau yang sering menonjol adalah kesuksesannya dalam penyusunan bukku induk sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara dan buku-buku lainnya serta penulusuran keberadaan Prabu siliwangi sebagai raja Pajajaran.
Kegiatan ini dilakukannya melalui sawala (musyawarah) yang melibatkan pujangga dan kaum Cendikiawan dari berbagai kerajaa di Nusanntra. Beliau melaksanakan sawala ini sebagai realisasi pesan kakeknya, Panembahan Ratu yang barangkali telah memprediksi pamor kerajaan-kerajaan di Nusantra turun akibat kedatangan Bangsa Eropa dengan semngat Kolonialismenya. Kumpulan tulisan yang beliau susun dengan para cerdik pandai di kesulatananan Cirebon telah memeberikan inspirasi pada semnagt perlawanan masyarakat Cirebon terhadap kaum penjajah. Ini terlihat ketika Kerajaan Cirebon sudah terpen garuh Belanda, banyak diantara kerabat kerajaan yang keluar dari lingkungan Istana mereka berbaur dengan masyarakat dan beralih profesi sebagai Kiyai yng mendirikan Pesantren dan tetap mengobarkan semngat perlawanan sehingga pemberontakan terhadap kaum penjajah di Cirebon tak pernah padam.
Perkembangan Babad Cirebon
Dalam perkembangannya naskah ini ditemukan dalam berbagai versi yang pertama versi Carub Kanda Naskah Tangkil, yang kedua ada Babad Cirebon versi Sindang, dan yang ketiga Babad Cirebon vesi Pegon.
Versi Carub Kanda Naskah Tangkil
Naskah kuno yang berjudul Carub Kanda adlah hasil tulisan tangan Ki Kampah Sindang laut yang sekarang milik pusat konservasi dan pemanfaatan Naskah Klasik Cirebon Jl. Grilyawan No. 4 Kelurahan Drajat Kecamatan Kesambi Kota Cirebon. Naskah tersebut telah ditemukan oleh Drh. H. R. Bambang Irianto, BA dari ddesa tangkil, kecamatan gunung Jati, kabupaten Cirebon. Padanya telah dilakkukan konservasi sederhana dari penataan naskah hingga digitalisasi, yang kemudian dilakukan alih aksara dan bahasa dan terbentuklah sebuah buku Babad Cirebon Carub Kandha Naskah Tangkil.
Deskripsi Naskah
Kode dan Nama Publikasi Naskah : tidak ada
Kode dan nomer naskah : BBD_CRB.08
Judul naskah : Carub Kandha
Pengarang : Ki Kampah Sindang Laut
Pengalin dan penulisan : tidak ada
Tahun penyalinan : tidak ada
Tempat penyimpanan : Pusat konservasi dan pemanfaatan Naskah Klasik Cirebon Jl. Gerilyawan No. 04 Kelurahan Drajat Kecamatan Kesambi Kota Cirebon. 45133
Asal naskah : turun temurun
Pemililk : Majlis Dzikir Lam Alif. Jl. Grilyawan No. 4 Kelurahan Drajat Kecamatan Kesambi Kota Cirebon. 45133
 Jenis alas Naskah : kertas bergaris.
Kondisi fisik naskah : BAIK
Penjilidan : karton tebal
 Cap kertas (watermark) : Tidak Ada
 Garis tebal dan tipis : tidak ada
 Jarak garis tebal pertama s.d keenam :  tidak ada
 Jumlah garis tipis dalam satu cm : tidak ada
 Garis panduan atau blind line atau pensil : tidak ada
 Jumlah kuras dan lembar kertas : 6 kuras : 39 lembar kertas
 Penomoran halaman : tidak ada
 Jumlah halaman : 231 halaman
 Jumlah baris dalam setiap halaman : 17-24 per halaman
 Ukuran naskah dalam cm (PxL) : 21 x 16,5 cm
 Ukuran teks dalam cm (P x L) : 18 x 11 cm
 Illuminasi atau illustrasi : tidak ada
 Kata alihan atau catch word : tidak ada
 Huruf dan bahasa carakan : bahasa Jawa Cirebon
 Jenis tulisan atau Qad : tidak ada
 Warna tinta : hitam
 Ringkasan isi cerita dalam teks : Babad Cirebon dengan beragam cerita yang meliputi kisah Pangeran Cakrabuana, Nyi Endang Geulis, Nyi Subang Karancang, Nyi Syarifah Mudha’im, Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Djati), Sunan Kalijaga, Nyi Pamuragan, dan kisah para wali yang lain juga para ki ageng yang ada di daerah Cirebon (Penguasa Lokal).
 Catatan lain : tidak ada
 Kolovon : Kula hiji jalma ngaran kampah desa Karang Sembung kulon, distrik Sindang Laut. Rumasa geus ngajual imah jeung pekarangan.



Foto Cover Buku Babad Cirebon Carub Kandha Naskah Tangkil

Versi Babad Cirebon Naskah Sindang
Deskripsi Naskah :
Bahan kertas : Kertas Eropa
Warna tinta : Hitam merah
Aksara dan bahasa : Cirebon Indramayu
Penulis : Ki Dulpari, Pasar Sokawarna Sindang
Tahun : 1862
Dipegang oleh : Ki Kartawijaya Sindang Indramayu
Pemilik : Ki Tarka Sutaraharda
Penemu : tidak ada
Tempat simpan : Sanggar aksara Jawa, Cikedung Indramayu
Keadaan fisik : bagus
Isi ringkas : Raden Walangsungsang dan Nyi Rara Santang keluar dari Padjajaran untuk mencari ilmu agama, setelah bertemu dengan Syekh Datu Kahfi keduanya kemudian diajarkan agama rasul kemudian sang guru memerintahkan kepada raden bersama istrinya Nyi Endang Geulis putri Ki Danu Arsih dan adiknya membabad hutan di kebon pesisir. Sampai pada masa Sunan Gunung Djati selain itu juga mengajarkan ajaran tauhid serta menelusuri perjalanan batin Raden Syahid hingga bertemu dengan Nabi Khidir. Tertulis juga tentang pertemuan antara dalem Dermayu dengan Haryakemuning.

Foto Cover Buku Babad Cirebon (KANDHA SEJARAH) Naskah Sindang

Gambar naskah Babad Cirebon naskah Sindang edisi awal.
(Muhammad Mukhtar Zaidin dan Drh. H. R. Bambang Irianto, Pusat Konservasi dan Pemanfaatan Naskah Klasik Cirebon
Babad Cirebon versi Aksara Pegon
Babad ini ditulis dalam aksara pegon/huruf arab berbahasa cirebon yang asli/otentik. Babad ini sebagai pegangan untuk menengah-nengahi babad tanah jawa dan babad cirebon dari luar yang simpang siur akibat Nusantara (indonesia) khususnya pulau Jawa yang telah dijajah lebih kurang 350 tahun lamanya. Babad Cirebon ini juga disebut Babad Sunda yang diterbitkan 1984, 118 halaman plus Cober babad terdiri dari 47 cerita plus perkata. Yang isi ceritanya menceritakan berdirinya kesultanan Cirebon dan penyebaran agama islam oleh Syarif Hidayatullah keponakan walangsungsang/Cakrabuana selain itu juga menceritakan tahta di Mesir yang diserahkan kepada adiknya Syarif Nurullah.    Babad ini disusun oleh P. S Sulendraningrat yang kini dibukukkan dengan judul “BABAD TANAH SUNDA BABAD CIREBON”.

Gambar naskah Babad Cirebon Pegon
(Mukhtar Zaidin, Babad Cirebon, Pusat Konservasi dan Pemanfaatan Naskah Klasik Cirebon. Dalam bentuk digitalisasi pdf)

Foto Cover Buku Babad Tanah Sunda Babad Cirebon